Mencegah Penyakit Virus pada Tanaman Tomat

on

Mencegah Penyakit Virus pada Tanaman Tomat

Tanaman tomat merupakan tanaman sayuran yang masih menjadi tanaman favorit para petani di Indonesia. Budidaya tanaman tomat dapat dilakukan baik di lahan langsung maupun di dalam green house. Kedua cara penanaman tomat tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Terlebih pada budidaya tanaman tomat di lahan terbuka, banyak sekali ancaman-ancaman yang dapat menurunkan produksi tanaman tomat kita. Salah satu ancaman terbesar adalah adanya serangan OPT yang seperti kita ketahui mampu menurunkan produksi tanaman secara drastis!

Gambar Tanaman Tomat (www.gardenersworld.com)

Sebagai seorang petani, tentu kita tidak ingin kalau tanaman kita tidak berproduksi secara optimal. Oleh karena itu diperlukanlah suatu teknik perawatan yang baik dan sesuai agar tanaman kita dapat tumbuh dengan sehat.

Salah satu masalah yang sering sekali dihadapi oleh petani tomat adalah adanya serangan virus yang menyebabkan tanaman tomat menjadi kerdil, daunnya mengeriting dan berwarna kuning, dan tidak menghasilkan buah. Penyakit tersebut dikenal dengan nama “Penyakit Virus Daun Kuning Keriting” yang disebabkan oleh virus TYLCV (Tomato Yellow Leaf Curl Virus) yang merupakan virus dari famili Geminiviridae. Virus ini ditularkan oleh serangga hama Kutu kebul (Bemisia tabaci) 1(Li et al., 2021).

Gambar Penyakit Virus Daun Kuning Keriting Pada Tomat (Photo by: Aryo, 2024)

Kutu kebul dapat merusak tanaman secara langsung dengan cara menghisap cairan tanaman. Saat hama ini menghisap cairan tanaman, jika di dalam tubuh hama sudah terdapat virus maka secara tidak langsung hama ini juga akan menularkan virus pada tanaman melalui air liur nya 2(Ghosh & Ghanim, 2021).

Lalu bagaimana cara untuk mencegah penyakit virus ini terjadi?

Salah satu pengendalian konvensional yang paling banyak dilakukan oleh petani saat ini tentunya adalah penggunaan pestisida. Dalam kasus ini, karena yang menjadi vektor utama nya adalah serangga hama, maka yang harus dikendalikan adalah hamanya, jadi yang kita gunakan adalah insektisida. Betul! Insektisida, bukan virus-sida 😀 Seringkali para petani terkecoh menggunakan fungisida atau obat untuk penyakit untuk mencegah penyakit ini menular ke tanaman lainnya, padahal aktor utamanya di sini adalah si kutu kebul tersebut.

Karena kutu kebul ini menghisap cairan tanaman, maka dari itu jenis insektisida yang harus kita gunakan adalah insektisida sistemik. Kenapa? Karena dengan menggunakan insektisida sistemik, otomatis kutu kebul yang hobi menghisap cairan tanaman akan secara tidak langsung menghisap juga insektisida yang sudah masuk ke dalam tanaman.

Salah satu rekomendasi bahan aktif insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama ini adalah Dinotefuran (KINGBOSS 20 SG). Kingboss memiliki efikasi yang sangat baik terhadap kutu kebul. Dalam waktu 24 jam setelah aplikasi, sudah dapat terlihat efeknya terhadap kutu kebul.

Gambar Kutu Kebul Mati Setelah 24 Jam Pasca Penyemprotan KINGBOSS 20 SG (Photo by: Arief, 2024)

Dengan interval penyemprotan yang teratur, maka diharapkan populasi kutu kebul ini akan dapat ditekan sehingga kemungkinan virus menular dari tanaman yang sakit ke tanaman yang sehat pun dapat berkurang.

Oh iya, ada beberapa fakta menarik dari hama ini loh! Dengan mengetahui beberapa fakta ini, pengendalian dapat dilakukan dengan lebih variatif. Apa saja itu?

  • Kutu kebul merupakan hama polifag, artinya hama ini dapat menyerang berbagai jenis tanaman.
    Oleh karena sifatnya yang polifag, maka diharuskan untuk selalu melakukan sanitasi pada lahan, yaitu dengan cara membersihkan gulma-gulma di sekitar tanaman utama. Mengapa demikian? Karena hama ini bisa menjadikan gulma-gulma tersebut sebagai tempat berlindungnya.
  • Kutu kebul dapat menularkan lebih dari 100 macam virus penyebab penyakit tanaman 3(Li et al., 2021)
  • Hama ini merupakan hama diurnal atau aktif pada siang hari
  • Hama ini juga tertarik pada warna-warna yang cerah seperti warna kuning
    Dengan mengetahui hal ini, maka penggunaan perangkap kuning berperekat juga dapat dilakukan untuk mengendalikan populasi kutu kebul di lapangan. Penggunaan perangkap ini cukup simpel karena hanya tinggal di pasang saja di lahan. Pergantian perangkap dapat dilakukan seminggu sekali.
Gambar Kutu kebul terperangkap pada perangkap kuning di lahan tomat (Photo by: Arief, 2024)
  • Kebanyakan aktivitas nya berada di bawah daun, bahkan untuk telurnya pun biasanya diletakkan di bawah daun 4(Fera et al., 2017)

Sekian penjelasan mengenai tips mencegah tanaman tomat terserang penyakit virus akibat Kutu kebul. Semoga penjelasan nya memberikan manfaat bagi yang membacanya. Maju terus pertanian Indonesia! Salam sejahtera Sahabat Petani Etong!
Growing With Quality!


Sumber:

  1. Li, Y.; Mbata, G.N.; Punnuri, S.; Simmons, A.M.; Shapiro-Ilan, D.I. (2021). Bemisia tabaci on Vegetables in the Southern United States: Incidence, Impact, and Management. Insects, 12, 198. https://doi.org/10.3390/ insects12030198 ↩︎
  2. Ghosh, S., & Ghanim, M. (2021). Factors Determining Transmission of Persistent Viruses by
    Bemisia tabaci and Emergence of New Virus–Vector Relationships. Viruses, 13(9), 1808 ↩︎
  3. Li, Y.; Mbata, G.N.; Punnuri, S.; Simmons, A.M.; Shapiro-Ilan, D.I. (2021). Bemisia tabaci on Vegetables in the Southern United States: Incidence, Impact, and Management. Insects, 12, 198. https://doi.org/10.3390/ insects12030198 ↩︎
  4. Chris Malumphy (Fera); Dominic Eyre and Helen Anderson (Defra). (2017). Plant Pest Factsheet: Tobacco, Sweet Potato, or Silver Leaf Whitefly (Bemisia tabaci) ↩︎

Tinggalkan komentar